ADA APA DENGAN YUJIEM? :(
Semua di tulisan ini sifatnya asumsi, tiada maksud menjelekkan, apa lagi menyebar hoax. Apabila tidak setuju
itu hak anda.
Siapa sih yang nggak tau UGM?
Peringkat 3 besar kampus di Indonesia, 500 besar peringkat kampus di dunia.
Wajar kalau ada perlakuan khusus dari pemerintah dalam menjaga UGM untuk tidak
bersebrangan dengan petahana. Betapa berbahaya jika UGM sampai bersuara keras?
“Penjagaan” itu mulai terasa. Sudah
ada setidaknya dua contoh nyata yang desas desusnya tersebar luas di
masyarakat.
Saat itu bulan ramadhan. Sudah
menjadi kebiasaan maskam UGM mengundang pembicara pembicara nasional yang
hebat. Sebut saja Mahfud MD, Amin Rais, Anggota anggota DPR, tak terkecuali
dosen dosen internal kampus. Juga ada nama Fahri Hamzah, yang terkenal karena
kevokalannya dalam “mengawasi kinerja pemerintah”. Berani juga UGM mengundang beliau, batinku.
Hingga tiba saat hari H. Betul saja, ada pembatalan sepihak dari yang
mengundang. Diawali dengan kabar desas desus, dan diperjelas dengan penjelasan
dari FH sendiri. Ada apa dengan yujiem? :(
Kejadian ini berlanjut. Kabar
Sudirman said di banned juga sudah kadung di ketahui oleh buzzer buzzer pro
prabowo. Kabar yang beredar juga, panitia pelaksana diancam DO. Berawal dari
pencabutan izin pemakaian ruang dari fakultas, kata panitia. Lagi lagi, ada apa
engan yujiem?
Mungkin opini yang saya bangun dari
2 cerita diatas hanya kabar burung. Mungkin cerita cerita yang saya asumsikan
diatas hanyalah suatu yang tidak benar. Itu yang saya harapkan. Itu lebih baik
menurut saya.
Begini. Kita hidup di alam
pemerintahan yang disebut demokrasi. Dimana semua pihak, semua elemen bebas
untuk berpendapat. Tugas pemerintah di alam demokrasi adalah menjaga kebebasan
itu, bukan untuk membatasinya. Sayang, yang terjadi sekarang adalah sebaliknya.
Persekusi orang berpendapat terjadi dimana-mana. Menyebabkan gaduh lah, membuat
perpecahan lah, atau apalah itu alasannya. Ya memang demokrasi seperti itu.
Kalau saya boleh menyingkat efek dari pilihan kita terhadap demokrasi adalah
kegaduhan. Kalau tidak gaduh ya bukan demokrasi.
Sayangnya, saya menilai pemerintah
mencoba untuk meredam kegaduhan itu. Dimulai dari aspek aspek yang mudah
dijangkau. Kampus. Saya tidak tahu, “peredaman” ini berdampak baik atau tidak.
Tapi kalau memang itu baik, saya menilai pemerintah telah melakukan sesuatu
yang terlampau sangat tepat.
Saya tidak berani untuk mengatakan
ada dosen feodal di kampus, atau mahasiswa yang melempem. Toh saya mulai faham
dinamika perkuliahan bagaimana. Pada intinya, ayolah, kita bangun peradaban
demokrasi yang baik, kita bangun kedewasaan masyarakat. Dimulai dari tempat
yang memproduksi intelektual, kampus.
ADA APA DENGAN YUJIEM? :(
Reviewed by Unknown
on
Oktober 12, 2018
Rating:
Tidak ada komentar